16 December 2019
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Teater Enter dalam Parade Teater Canasta 2019

Teater Enter dalam Parade Teater Canasta 2019

Sanggar Seni Kelakar, Teater Enter dan Beberapa Hal Jenaka di Dalamnya

Satyawati by Satyawati
December 2, 2019
in Ulasan
28
SHARES

Setelah beberapa hari menghadirkan diskusi dan pertunjukan yang serius dan bisa dikatakan berat, Parade Teater Canasta 2019 akhirnya menghadirkan sesuatu yang jenaka di dalamnya.

Kamis, 28 November 2019 menjadi hari yang jenaka di Parade Teater Canasta 2019. Dua penampil hari itu, Teater Enter SMA Muhammadiyah 1 dan Sanggar Seni Kelakar, berhasil memberi ruang kepada tawa.

Dibuka dengan “Ba’da Maghrib”, sebuah penampilan dari Teater Enter SMA Muhammadiyah 1, pada awalnya nuansa sedih dan haru mendominasi. Bela, tokoh utama yang masih anak-anak, sedang bermain boneka ketika ibunya pulang kerja dan langsung masuk ke kamar. Dengan bentakan keras di balik kamar, ibunya meminta Bela membuatkan teh. Bela dengan patuh segera membuatkan teh untuk ibunya. Namun, ibunya malah naik darah karena minuman yang Bela buat dianggap terlalu panas. Suara bentakan, pukulan, dan tangisan semakin menjadi. Penonton tidak diberi kesempatan untuk melihatnya secara langsung karena adegan ini terjadi di dalam kamar yang tertutup pintunya.

Suasana horor langsung menyergap ketika sosok dengan kain putih dan rambut panjang muncul berhembus dari bagian belakang. Beberapa penonton terkejut dengan kemunculan yang tiba-tiba ini. Ternyata, pementasan ini mengangkat kisah tentang Wewe Gombel: sebuah sosok yang senang menculik anak perempuan ketika anak-anak bermain pada waktu salat magrib. Begitu dekat kisah ini hingga tidak diperlukan usaha berlebihan untuk menciptakan suasana horor dan mistis. Pementasan ini ditutup dengan teriakan penonton yang kaget, karena merasa ada yang bergerak ketika bersandar. Sebuah penutup yang pas. 

Ada beberapa hal yang perlu diapresiasi dari pertunjukan “Ba’da Maghrib”. Entah sebuah kesengajaan atau tidak, kenyataan bahwa  pertunjukan ini dilakukan pada malam jumat (sebuah waktu yang dianggap mistis) menjadi penekanan yang cukup tegas terhadap aspek mistis yang diangkat dalam pertunjukan ini.

Teman-teman Teater Enter juga berhasil memanfaatkan ruang yang tersedia sebagai panggung pertunjukan. Beberapa adegan dilakukan di dalam ruangan, salah satunya di depan dapur Canasta, bahkan di kamar-kamar yang ada di Canasta juga dipergunakan sebagai bagian dari pertunjukan. Selain itu, adegan ketika Bela dimarahi oleh ibunya dan dipukul juga dikemas dengan rapi: tidak ditunjukkan secara nyata di depan mata penonton, melainkan dibawa ke dalam kamar dan penonton hanya disuguhkan suara bentakan si ibu dan lirihan Bela yang kesakitan karena dipukuli ibunya. Hal ini memberi ruang bagi penonton untuk berimajinasi sebebas-bebasnya.

Pengangkatan kisah Wewe Gombel dalam pertunjukan ini rasanya menjadi langkah yang tepat karena kisah ini masih erat melekat dalam keseharian bahkan sampai sekarang, sehingga kesan dan pesan yang ingin disampaikan dalam pertunjukan ini dapat tersalur dengan baik ke penonton. 

“Lihatlah, lihatlah

Rumahku yang megah

dan mewah

Kurajut dari rumput dan bulu yang indah”

Begitulah pembuka penampilan kedua yang dibawakan oleh Sanggar Seni Kelakar. Penampilan ini merupakan pengadegan dari dongeng “Rumah Mewah Burung Manyar”. Dengan cerita sederhana tentang kemahiran burung Manyar membuat rumah mewah-megah dan kera yang iri terhadapnya, membuat pementasan kali ini begitu lugu dan lucu.

Beberapa adegan diisi dengan senandung senada yang sederhana seperti pada pembukaan pementasan. Walaupun adegan-adegan dalam pementasan ini ringan dan lucu, tetapi ada satu adegan yang membuat penonton cukup tegang. Tegang bukan karena adegannya yang memang menegangkan, tetapi karena takut para pemainnya akan tersandung dan tersungkur karena terlilit untaian tali-tali properti dan tangga yang tidak kokoh berdirinya.

Benar saja, tangga yang berdirinya tidak terlalu kokoh itu jatuh juga dan hampir menimpa pemain lainnya. Tapi, satu yang tidak diduga-diduga, ternyata hal itu memang merupakan bagian dari adegan pertunjukan. Semua tertawa lega dan geli karena ketika salah satu teman penonton ingin mencegah tangga tersebut mengenai pemain lain, pemain yang berperan menjadi kera keceplosan berseru, “Memang begitu!”

Kejadian ini menjadi penutup apik yang mendatangkan tawa.

Pementasan oleh Sanggar Seni Kelakar ini justru dengan lantang menegaskan sisi kekanak-kanakan yang selama ini rasanya justru sering sengaja untuk dihilang-hilangkan. Pengangkatan cerita pementasan yang berasal dari dongeng juga seperti sebuah pesan terselubung bahwa saat ini dongeng tidak lagi dekat dengan dunia anak-anak.

Pementasan dengan suasana ringan seperti dua pementasan di atas memberikan nilai dan makna yang sama besarnya dengan pementasan yang mengangkat cerita-cerita “berat”. Pementasan seperti itu berhasil mengingatkan kita, mungkin lebih spesifiknya mengingatkan saya, bahwa cerita-cerita keseharian yang ringan juga tetap memiliki maknanya tersendiri. Sebab, cerita-cerita kecil itulah yang pada akhirnya membuat cerita “besar” nan hebat menjadi bermakna. [T]

Tags: Parade Teater Canasta
Satyawati

Satyawati

Biasa dipanggil Tya. Mahasiswa linguistik Unud yang cukup aktif menulis di blog pribadinya: lihat-dengar.blogspot.com

Please login to join discussion

MEDIA SOSIAL

  • 3k Fans
  • 41 Followers
  • 1.4k Followers

ADVERTISEMENT

tatkala.co

tatkala.co

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
One of the works of the Undiksha Fine Arts Student Exhibition May 7, 2018 (Picture by Mursal Buyung)
Poetry

Poems by Devy Gita : Out of Nowhere, A Second Then Good Bye

OUT OF NOWHERE Out of nowhere No one to be known Nothing to be shown Guilt to be blown Out...

by Devy Gita
September 8, 2019

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lukisan Komang Astiari
Cerpen

Senjakala

by Satria Aditya
December 7, 2019
Foto ilustrasi: Mursal Buyung
Cerpen

Moli

Cerpen L Margi Hari ini Moli belum menyentuh makanan sama sekali. Dia hanya termenung sendirian di belakang pintu sambil menunggu ...

November 30, 2019
Esai

Para Dewa Yang Cacat

Dewa Indra disebut bahu locana, artinya bermata banyak. Banyak itu berapa, tidak dijelaskan lebih lanjut. Meski banyak matanya, Indra yang ...

June 25, 2019
Sukardi Rinakit (Staf Khusus Presiden RI bidang politik dan pers), bersama  Ari Dwipayana(Staf Khusus Presiden RI bidang politik dan pemerintahan),  berfoto bersama Sugi Lanus, Carma Citrawati, Suka Ardiayasa dan IB Ari Wijaya serta  I Gede GP Arsaputra
Kilas

Diskusi Lontar di Kantor Staf Khusus Presiden RI

Puluhan manuskrip lontar dibuka dan digelar di atas meja Kantor Staf Khusus Presiden Republik Indonesia. Kegiatan ini berlangsung Kamis 25 ...

April 30, 2019
Foto-foto: Eka Prasetya
Peristiwa

Topeng Tugek Carangsari – Memainkan Topeng Mengolah Karakter

KALANGAN Ayodya di Taman Budaya Bali, malam itu begitu riuh. Gelak tawa dan tepuk tangan terus berganti. Penonton berjejalan. Duduk ...

February 2, 2018
Esai

Magesah, Beda Negaroa Beda Bleleng

DULU tatkala masih menetap di Jembrana, saya dan teman-teman punya kebiasaan tertentu. Setiap sore kami selalu magesah alias ngobrol. Magesah bisa kami lakukan ...

February 17, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Kunjungan siswa sekolah dasar ke ART BALI [Foto: Art Bali]
Kilas

Masih Berlangsung, Pameran Seni Rupa Kontemporer ART • BALI 2019 – “Speculative Memories”

by tatkala
December 6, 2019

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gubernur bagikan air bersih di Nusa Penida
Sumber: nasional.republika.co.id
Opini

Ulangan Sejarah Krisis Air di Nusa Penida

by I Ketut Serawan
December 15, 2019

POPULER

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Semester 7, Masa Tua Mahasiswa, Masa-masa Menakutkan…

February 2, 2018
Danjen Kopassus Mayjen TNI Nyoman Cantiasa dan bapaknya Sastrawan Nengah Tinggen (Foto:Ist)

Cantiasa jadi Danjen Kopassus – Mari Ingat Bapaknya; Sastrawan Nengah Tinggen

January 27, 2019
tatkala.co

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (51) Cerpen (116) Esai (833) Essay (3) Features (3) Fiction (2) Fiksi (2) Khas (229) Kiat (16) Kilas (130) Opini (413) Peristiwa (81) Perjalanan (34) Persona (6) Poetry (2) Puisi (74) Ulasan (259)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In