12 December 2019
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Film Dua Garis Biru (dok. Starvision Plus)

Film Dua Garis Biru (dok. Starvision Plus)

Film “Dua Garis Biru”, Edukasi dalam Adaptasi

Runi Arumndari by Runi Arumndari
September 14, 2019
in Ulasan
43
SHARES

Ketika pertama kali menyaksikan trailer yang dibalut dengan lagu menyentuh berjudul Growing Up dari Daramuda, banyak orang yang mungkin akan teringat film Jenny, Juno (2005) atau Juno (2007), dan berpikir bahwa Dua Garis Biru tidak lebih dari sekadar adaptasi karya orang lain. Tetapi ketika Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda) diperkenalkan melalui sebuah adegan pembuka yang cerdas, kita akan sadar bahwa Gina S. Noer tidak membuat film ini untuk hiburan semata.

Film ini tidak memperkenalkan Dara dan Bima secara terpisah melalui adegan yang menunjukkan keseharian mereka masing-masing seperti yang dapat kita lihat pada Posesif (2017), dan bukan juga melalui narasi dari karakter itu sendiri seperti pada Dilan 1990 (2018). Mereka diperkenalkan secara bersamaan pada suatu adegan murid-murid yang sedang diabsen berdasarkan nilai ulangannya. Dara dan Bima memang duduk sebangku, namun mereka masing-masing mendapatkan nilai tertinggi dan terendah, yang secara tersirat menunjukkan bahwa mereka sepasang namun kontras. Dara jelas berada di atas Bima, dalam hal kecerdasan, ambisi, hingga status sosial keluarga.

Konsep mempersatukan dua hal kontras yang disiratkan melalui adegan pembuka tersebut mempunyai makna lebih dari sekadar tentang sepasang kekasih yang sangat bertolak-belakang dalam berbagai hal, tetapi juga tentang tidak mudahnya mempersatukan dua orang usia belia menjadi sepasang orangtua dalam satu kesatuan keluarga. Dara dan Bima boleh ‘duduk sebangku’, tetapi bahkan untuk perkara makan kerang saja mereka masih berdebat mana yang lebih layak dimakan antara kerang yang sudah terbuka atau masih tertutup. Mereka masih merupakan dua orang yang berbeda yang belum siap untuk hidup bersama dengan visi misi yang sama.

Mereka pikir mereka akan bisa melewati perkara apapun, termasuk kehamilan di luar nikah itu, asalkan mereka saling mencintai. Padahal mereka tidak tahu bahwa mereka butuh lebih dari sekadar rasa cinta untuk menjadi orangtua, bahwa menjadi orangtua tidaklah mudah dan merupakan ‘pekerjaan’ seumur hidup, seperti yang dikatakan oleh Ibu Dara (Lulu Tobing). Mereka tidak sadar bahwa kalimat “saya akan tanggung jawab” memiliki makna yang tidak se-ringan mengucapkannya.

Mungkin mereka adalah gambaran nyata dari kebanyakan remaja di jaman mudahnya-akses-internet ini. Remaja yang tahu terlalu banyak tetapi tidak banyak menaruh paham. Mereka mempunyai banyak akses untuk melihat beragam materi dewasa, tetapi apakah mereka paham mengenai seks itu sendiri? Apakah mereka mengerti akan adanya pencegahan kehamilan melalui alat kontrasepsi? Rasanya tidak. Dan, saya rasa lagi, kemarahan Dewi (Rachel Amanda) kepada Bima yang menyalahkan adiknya karena tidak googling terlebih dahulu sebelum berbuat, mungkin adalah penyesalan kita semua terhadap mereka yang nekad berbuat tanpa ilmu apa-apa.

Tetapi apakah hanya mereka yang dapat kita salahkan atas ketidaktahuan tersebut? Tidak adakah pihak lain yang ikut memberikan kontribusinya, sehingga ‘kepolosan’ mereka hanyalah sebuah produk gagal dari lingkaran orang-orang yang saling terkait? Hilang ke manakah peran orangtua yang seharusnya dapat mengubah topik yang tabu tersebut menjadi sesuatu yang harus mereka tahu? Lalu apakah sekolah tidak bisa menjadi tempat yang tidak hanya memberikan pendidikan berbau akademis tetapi juga pendidikan seks?

Gina S. Noer menggambarkan lingkaran orang-orang yang berkontribusi tersebut dalam satu adegan yang sangat menguras emosi, di mana kehamilan Dara pertama kali terbongkar. Semua pihak tersebut berkumpul dalam satu ruang UKS; ada Dara dan Bima sebagai remaja yang tiba-tiba harus menjadi dewasa namun tidak punya pengetahuan apa-apa tentangnya, kepala sekolah sebagai perwakilan pihak sekolah yang gagal memberikan siswanya pendidikan seks, dan ada orangtua Dara dan Bima yang begitu kecewa dan marah kepada anak mereka, namun juga merasa diri mereka tidak berguna. Dalam ruangan tertutup itu, setiap individu menyumbang kesalahan. Orangtua dan pihak sekolah hanya seperti poster alat reproduksi yang menghiasi dinding ruang UKS; ada namun tidak berhasil memberi ilmu yang berarti.

Film ini nampaknya memang menghadirkan apa yang menjadi gambaran kenyataan. Tidak seperti Juno atau Jenny, Juno di mana respon orangtua terhadap perbuatan putra putrinya terkesan santai-santai saja yang rasanya agak tidak mungkin terjadi, di film ini respon tersebut tampak begitu nyata dan emosional. Kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap putra putrinya yang keluar dalam bentuk tamparan hingga pengusiran dari rumah sendiri. Kepanikan mereka akan kenyataan bahwa anaknya mungkin tidak bisa lanjut sekolah. Kebingungan mereka akan bagaimana anak mereka akan menanggung semua bebannya. Menyerukan kepada mereka sebuah pernyataan yang begitu menggambarkan kehancuran, kekecewaan, dan kemarahan baik kepada Dara dan Bima maupun diri sendiri sebagai orangtua; “kamu pikir gampang jadi orang tua? Saya aja gagal jadi orang tua.”

Konsep dua hal yang kontras kembali digunakan untuk menggambarkan realita pandangan dan sikap orang terhadap kehamilan di luar nikah. Ada yang bersikeras menyalahkan pihak laki-laki seperti yang dilakukan Ibu Dara, dan ada juga yang melihatnya dengan lebih ‘netral’ seperti Ibu Bima (Cut Mini), yang membalas tuduhan Ibu Dara bahwa anaknya lah yang bersalah, dengan meneriakkan “anak kita!”, sebagai bentuk penegasan bahwa perempuan juga menyumbang kesalahan yang sama dengan laki-laki.

Rantaian konsekuensi yang harus ditanggung pun diceritakan dengan tidak tanggung-tanggung. Tidak hanya Dara dan Bima sendiri yang harus menanggung konsekuensi atas perbuatan mereka dalam wujud mental, fisik, dan finansial, tetapi keluarga mereka juga ikut menanggung bebannya. Beban yang hadir dalam bentuk penanggungan rasa kecewa dan malu, pengorbanan, hingga pertaruhan harga diri.

Setiap konsekuensi hadir sebagai edukasi yang memperingatkan betapa tidak sepele-nya kehamilan di luar nikah tersebut, terutama di usia muda seperti yang terjadi pada Dara. Setiap dialog pun hadir sebagai edukasi yang memberitahu banyak hal; mulai dari hal-hal kecil mengenai pekerjaan menjadi orangtua, peristiwa pembuahan itu sendiri yang hadir melalui pelajaran Biologi di kelas, penggunaan alat pengaman yang muncul secara natural saat Dewi mengungkapkan kemarahannya pada Bima, hingga hal-hal berbau medis yang disampaikan tanpa kesan ‘berat’ oleh dr. Fiza Hatta (Ligwina Hananto).

Pada akhirnya, kehadiran seorang calon bayi yang dikandung Dara tanpa proses pernikahan tidak lantas menjadi sebuah mukjizat yang kemudian mempertegas makna cinta diantara mereka, apalagi menjadi momentum untuk belajar tentang mencintai dan dicintai, yang sudah pernah kita lihat dalam Juno. Tidakjuga seperti Jenny, Juno di mana kehadiran calon bayi itu pada akhirnya hanya menjadi momen selebrasi cinta mereka, tanpa edukasi apa-apa. Dalam Dua Garis Biru, Gina S. Noer menjadikan kehamilan Dara sebagai momen edukasi, yang diceritakan dengan penuh emosi.

Dua Garis Biru adalah sebuah gambaran nyata tentang apa saja yang akan terjadi sebagai akibat dari kehamilan di luar nikah pada usia muda, serta tentang kehamilan itu sendiri. Film ini berusaha mengambil peran sebagai media sex education, karena entah sampai kapan seks akan dilihat sebagai hal yang tabu di tengah masyarakat yang sudah serba tahu ini. [T]

Tags: edukasifilmFilm Dua Garis BiruFilm Indonesiafilm layar lebarPendidikansekolah
Runi Arumndari

Runi Arumndari

Seorang dokter yang juga senang menulis dan melihat film tidak hanya sebagai media seni dan hiburan. Pernah menulis beberapa kali di sebuah koran. Pernah pula aktif menulis tentang film walau hanya dalam blog pribadi. Blog/website: msgretagarbo.tumblr.com dan phrasingcinema.blogspot.com

Please login to join discussion

MEDIA SOSIAL

  • 3k Fans
  • 41 Followers
  • 1.4k Followers

ADVERTISEMENT

tatkala.co

tatkala.co

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
One of the works of the Undiksha Fine Arts Student Exhibition May 7, 2018 (Picture by Mursal Buyung)
Poetry

Poems by Devy Gita : Out of Nowhere, A Second Then Good Bye

OUT OF NOWHERE Out of nowhere No one to be known Nothing to be shown Guilt to be blown Out...

by Devy Gita
September 8, 2019

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lukisan Komang Astiari
Cerpen

Senjakala

by Satria Aditya
December 7, 2019
Opini

Melulu Diskusi Soal Fashion, Pacar dan Uang – Mahasiswa Jangan Melacurkan Idealisme

MAHASISWA kaum intelektual dari akademisi yang unggul terdidik kristis yang mempunyai segudang ilmu pengetahuan untuk selalu menjadi garda terdepan dalam ...

February 2, 2018
Esai

Sudah Jelas, Penyebab Stroke Adalah Nasib

Gadis itu berurai air mata, di ruang unit gawat darurat (UGD) yang riuh dan aroma obat yang bergulung. Meski terus ...

April 8, 2019
Agus Wiratama (penulis) membaca puisi dalam acara Unspoken POetry Slam di Rumah Belajar  Komunitas Mahima Singaraja
Khas

“Bali Poetry Slam” di Singaraja: Mengucapkan yang Ragu-ragu Diucapkan di Panggung

POETRY slam kali ini diadakan di rumah Komunitas Mahima, Singaraja, Sabtu 29 September 2018. Saya tak sengaja ikut dalam kegiatan ...

September 30, 2018
Foto: Ali
Peristiwa

Serambi Masjid, Pengungsi Gunung Agung, dan Kampung Islam Buitan

  “Nanti, mudah-mudahan saya bisa kembali ke sini,” kataku sebelum meninggalkan Kampung Islam Desa Buitan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, ...

February 2, 2018
Foto: Edi
Ulasan

“Serombotan”, Bhineka Tunggal Ika, dan Merah Putih di Tukad Unda

ADA banyak cara merayakan Kemerdekaan. Seperti warga sekitar sungai Tukad Unda, Klungkung. Di situ, suasana 17 Agustus 2016 berbeda dari ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Kunjungan siswa sekolah dasar ke ART BALI [Foto: Art Bali]
Kilas

Masih Berlangsung, Pameran Seni Rupa Kontemporer ART • BALI 2019 – “Speculative Memories”

by tatkala
December 6, 2019

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Foto ilustrasi: Mursal Buyung
Esai

Sisa Hujan Semalam

by Ni Luh Meisa Wulandari
December 12, 2019

POPULER

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Semester 7, Masa Tua Mahasiswa, Masa-masa Menakutkan…

February 2, 2018
Danjen Kopassus Mayjen TNI Nyoman Cantiasa dan bapaknya Sastrawan Nengah Tinggen (Foto:Ist)

Cantiasa jadi Danjen Kopassus – Mari Ingat Bapaknya; Sastrawan Nengah Tinggen

January 27, 2019
tatkala.co

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (51) Cerpen (116) Esai (832) Essay (3) Features (3) Fiction (2) Fiksi (2) Khas (229) Kiat (16) Kilas (130) Opini (412) Peristiwa (81) Perjalanan (34) Persona (6) Poetry (2) Puisi (74) Ulasan (258)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In