11 December 2019
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Prof. Sardono W Kusumo, Prof. Timbul Haryono, Prof F.X. Mudji Sutrisno, Prof Sumarsam

Prof. Sardono W Kusumo, Prof. Timbul Haryono, Prof F.X. Mudji Sutrisno, Prof Sumarsam

Prof. Gondrong vs Prof. Cepak (?) – Catatan Harian Sugi Lanus

Sugi Lanus by Sugi Lanus
June 16, 2019
in Esai
50
SHARES

ASYIK bercakap dengan Prof. Timbul Haryono (arkeolog UGM), Prof F.X. Mudji Sutrisno (filsuf dan romo), Prof Sumarsam (maestro gambelan, guru besar Wesleyan University), di lobby Teater Besar ISI Surakarta, tiba-tiba datang nimbrung Prof. Sardono W Kusumo (guru besar tari IKJ).

Kehadiran profesor gondrong satu ini membuat suasana mendayu berubah jadi penuh tawa. Gaya Sardono santun, tapi penuh kejutan. Ekspresi wajah, notasi bicaranya, serta gerak mimiknya, tak ubahnya seperti sedang menari. Sekalipun sama-sama berkecimpung di dunia kesenian, Sardono berbeda dengan Prof Sumarsam yang tenang, tak ubahnya seperti sedang bersila menabuh gambelan.

Prof Timbul sekalipun datar nada suaranya, kalau diberi kesempatan, bisa sekocak Sri Mulat. Keramahan Romo Mudji jangan ditanya. Selalu segar dan senantiasa memancing, perbincangan hal sepele bisa berujung menjadi persoalan filosofis.

Saya jadi berpikir: Ke-profesor-an itu bisa “didekati” dari gaya rambutnya?

Menurut saya bisa (bercanda): Kalau cepak atau bercukur rapi, suasana perbincangan biasanya dari tenang sampai mendayu, dari tegang sampai mengkerut. Kalau ada lelucon dan bisa ketawa, itu berkah. Kalau (maaf) gundul? Nah ini bisa jadi religius tingkat dewa, atau matematis tingkat quantum. Kalau gondorong? Banyak tawa, kelakar padat bersisi, tapi begitu marah bisa semarah Wrekodara.

Dalam hidup, apalagi bergaul dengan akademisi, kita diajari tidak bisa kita ujug-ujug melakukan generalisasi (apalagi sekedar pilihan gaya rambut seseorang), pamali kalau kebiasaan bergossip diadopsi dalam dunia akademisi.

Jika ingin beropini atau menteorikan perihal rambut gondrong, gundul, cepak, keriting, sosoh lurus papan, maka mau-tidak mau harus masuk melalui pendekatan empiris, sampling yang mencukupi, metodologinya benar, substantif, tidak mudah mengambil kesimpulan umum dalam bentuk sebab akibat yang tidak terikat oleh waktu dan tempat, tidak mudah mengambil hipotesis yang dicapai dengan asumsi dasar bahwa variabel lainnya dianggap konstan.

Apalagi menyangkut usia orang dikaitkan produktifitas dan kegesitan berpikir dan bertindak. Tidak sepenuhnya benar sepuh itu usur, tua itu ruyud. Banyak profesor berusia sepuh dengan vitalitas kemudaan berpikir yang tangguh, punya endurance dan kegesitan/keberesan kerja, punya ketajaman tulisan dan paper mereka seringkali melebih orang-orang yang secara usia layak menjadi anak atau bahkan cucu mereka.

Kedewasaan seseorang, baik di dunia akademik, dunia bisnis, politik, atau dalam hubungan pertemanan, dicirikan salah satunya dari kemampuan seseorang untuk tidak tergoda terburu-buru berkesimpulan mutlak dengan hanya berpedoman asumsi-asumsi yang tidak kita tahu tingkat validitasnya.

Baik bersama profesor gondrong atau cepak, sepuh atau muda (sama saja), obrolan di lobby, di bawah pohon, atau warung kopi, seringkali lebih menjanjikan efektifitas dan kedalaman dibanding formalitas ruang kelas atau seremonial ruang konferensi. Apalagi kalau kita kepung sebuah topik dari berbagai arah (arkeolog, musik, gambelan, tari, filasafat, filologi), cahaya dan warna spektrum lobby akan lebih tampak.

Kesanggupan menerima dan memasuki keragaman prisma berpikir, keberanian memasuki kompleksitas sebuah pokok bahasan, membuat suasana kejiwaan dan pikiran lebih sehat dan lapang. (T)

Catatan Harian, IGF Solo 10-11 Agustus 2018,

Tags: guru besarPerguruan TinggiprofesiProfesor
Sugi Lanus

Sugi Lanus

Sugi Lanus adalah kurator Museum Lontar, Karangasem, Bali. Semenjak kuliah di Jurusan Sastra Bali Universitas Udayana aktif bekerja paruh waktu sebagai asisten peneliti dari Princeton University, UCLA, Murdoch University, Leiden University, Osaka University, dll. Mengikuti puluhan workshop dan training internasional, serta mengikuti pendidikan pasca-sarjana dalam beberapa disiplin: Cultural Studies, Tourism Studies, dan Teologi. Terpilih sebagai peserta pertukaran pemuda ASEAN-Jepang (1997) melalui sponsorship dari Perdana Menteri Jepang. Berpengalaman sebagai konsultan untuk berbagai lembaga internasional, seperti: GTZ, AusAID, UNICEF, WHO, British Council. Dalam bidang jurnalistik bekerja sebagai koresponden Majalah Tempo (1998-2000), fixer ABC TV, BBC, Arte TV, National Geographic, Smithsonian Magazine. Aktif sebagai konsultan berbagai workshop DPRD dan pemerintahan daerah di seluruh Indonesia (2005-2012) dan konsultan politik independen untuk beberapa politisi nasional (2012-sekarang). Mendirikan Hanacaraka Institute (2006) untuk meneliti lontar Bali dan Lombok. 'Puja Tri Sandhyā: Indian Mantras Recomposed and Standardised in Bali', adalah salah satu hasil risetnya terhadap berbagai lontar mantra yang telah diterbitkan dalam Journal of Hindu Studies, 2014, Vol. 7(2), Oxford Centre for Hindu Studies, Oxford University Press. Aktif diundang berbicara dalam berbagai pertemuan budaya, diantaranya: Kongres Kebudayaan V (2003), Ubud Writers and Readers Festival (2004-2017), International Conference on Tagore, Hanoi, Vietnam (2011), Frankfurt Book Fair (2015), dll, dan berbagai diskusi kependetaan Hindu. Pernah menjabat sebagai Komisaris perusahan nasional (2004-2006), dan Corporate Relation Executive sebuah perusahan internasional berpusat di London (2014-2016). Ratusan artikel yang ditulisnya telah dipublikasi dalam berbagai media online dan cetak. Sekarang sedang menjalankan riset terhadap relief-relief terkait manuskrip lontar di Borobudur, dan Herbalian Project, sebuah proyek pemetaan herbal dalam lontar Bali dan Jawa Kuno.

Please login to join discussion

MEDIA SOSIAL

  • 3k Fans
  • 41 Followers
  • 1.4k Followers

ADVERTISEMENT

tatkala.co

tatkala.co

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
One of the works of the Undiksha Fine Arts Student Exhibition May 7, 2018 (Picture by Mursal Buyung)
Poetry

Poems by Devy Gita : Out of Nowhere, A Second Then Good Bye

OUT OF NOWHERE Out of nowhere No one to be known Nothing to be shown Guilt to be blown Out...

by Devy Gita
September 8, 2019

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lukisan Komang Astiari
Cerpen

Senjakala

by Satria Aditya
December 7, 2019
Istimewa
Ulasan

Kupang Pesta Monolog 2016: Teater dan Perubahan Sosial

JUDUL  tulisan  ini merupakan tema diskusi  Kupang  Pesta Monolog   yang coba menggali daya vital teater dan perannya  dalam kehidupan konkret ...

February 2, 2018
Foto: Eka
Ulasan

Pameran TRIP – Jejak Perupa Muda di Medan Seni Rupa

PINTU besi itu terlihat mencolok. Pintu besi berkarat itu benar-benar menonjol. Saat memasuki galeri pameran Bentara Budaya Bali, pintu besi ...

February 2, 2018
Foto: Edo Hary Purnawan/Nirawana TV
Opini

Pancasila, Keberagaman dan Toleransi – Catatan Usai Seminar di Undiksha

  “Hanya di Bali orang muslim sholat idul Fitri dan Idul Adha yang jaga pecalang dari orang Hindu. Hanya di ...

February 2, 2018
Foto: Eka Prasetya
Esai

“GGH Stroberi, Nikmat, Manis, dan Ah…!” – Ditunggu GGH Durian Bestala dan Mangga Depaha

  MALAM itu, dramawan Putu Satria Kusuma menulis status di Facebook. “Ditemani GGH rasa strawbery dan alunan Beethoven dari Youtube. ...

February 2, 2018
Esai

Celoteh Rambut Gondrong

"Rambut tanda-tanda bakal gondrong,cukur nggak ya?" Sebuah caption dalam whatsapp story kubagikan di lingkaran relasi dan dosen saat itu aku ...

November 10, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Kunjungan siswa sekolah dasar ke ART BALI [Foto: Art Bali]
Kilas

Masih Berlangsung, Pameran Seni Rupa Kontemporer ART • BALI 2019 – “Speculative Memories”

by tatkala
December 6, 2019

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Lungsir Petak dan Anwam Siwi

by IGA Darma Putra
December 10, 2019

POPULER

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Semester 7, Masa Tua Mahasiswa, Masa-masa Menakutkan…

February 2, 2018
Danjen Kopassus Mayjen TNI Nyoman Cantiasa dan bapaknya Sastrawan Nengah Tinggen (Foto:Ist)

Cantiasa jadi Danjen Kopassus – Mari Ingat Bapaknya; Sastrawan Nengah Tinggen

January 27, 2019
tatkala.co

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (51) Cerpen (116) Esai (831) Essay (3) Features (3) Fiction (2) Fiksi (2) Khas (229) Kiat (16) Kilas (130) Opini (412) Peristiwa (81) Perjalanan (34) Persona (6) Poetry (2) Puisi (74) Ulasan (257)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In