tatkala.co
19 April 2018
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Pelukis kaca sedang melukis di DEsa Nagasepaha, Buleleng

Lukisan Wayang Kaca Nagasepaha, Nasibmu Kini…

Komang Yudha by Komang Yudha
October 4, 2017
in Esai

 

BULELENG punya satu potensi penting di bidang seni rupa. Yakni lukisan kaca. Di Buleleng, lukisan ini banyak ditemui di Desa Nagasepeha. Desa ini adalah pelopor di bidang lukisan dengan media kaca, kemudian diikuti sejumlah warga dari desa lain.

Jika digarap dengan baik dan dikaitkan dengan pariwisata-budaya, lukisan kaca bisa jadi salah satu ciri khas bagi Buleleng. Bahkan, jika mau lebih serius, Desa Nagasepaha pun bisa dijadikan desa wisata dengan kekhususan di bidang seni rupa dan kerajinan.
Lukisan kaca di Desa Nagasepaha sangat unik dan otentik. Hanya wayang yang dilukis. Itu pun mengambil tokoh dari epos Ramayana dan Mahabrata. Cara membuatnya juga unik. Melukis dengan cara terbalik.

Sepintas membuat lukisan kaca terlihat amat sangat sulit. Tapi, jika kita ingin menyelami teknik melukis wayang kaca, tidak butuh waktu lama. Hanya butuh waktu seminggu atau maksimal dua minggu, jika kita melatihnya secara rutin.

Sayang, kini ekonomi tengah lesu. Nasib perajin (atau pelukis?) wayang kaca di Desa Nagasepaha ikut lesu. Lukisan hanya laku sewaktu-waktu.

Memang, lukisan kaca dari sejumlah pelukis di Nagasepaha beberapa kali sempat ikut pameran di galeri-galeri penting di Indonesia. Tapi itu tampaknya belum cukup untuk mendongkrak perkembangan seni lukis kaca di desa itu. Perlu upaya lebih serius, bukan hanya dari pemerhati seni, namun juga upaya dari pemerintah dan lembaga-lembaga lain.

Saya sendiri adalah penerus pelukis wayang kaca. Sayang saya sendiri tidak ahli dalam pembuatan lukisan kaca ini. Saya justru lebih menggeluti dunia jurnalistik. Padahal keluarga tidak ada yang jadi wartawan.

Saya pernah merenung. Merasa bingung, kenapa saya memilih berkecimpung di dunia kewartawan. Ketimbang menggeluti lukisan kaca, sekaligus menjaga kelestarian warisan nenek moyang saya. Saya merasa tersesat.

Beruntung warisan itu tidak terputus begitu saja di keluarga saya. Keahlian membuat lukisan kaca kini diwarisi oleh bapak, kakak sepupu, dan keponakan – keponakan saya. Ilmu itu diturunkan oleh kakek saya sejak tahun 1980. Anehnya, hanya saya yang tidak meresapi ilmu itu.

Bukanya tidak ada keinginan untuk menjaga warisan ini. Tapi waktu dan kesempatan telah menuntun saya, pada pekerjaan lainnya. Pekerjaan yang saya impikan semenjak baru tamat SMP.

Kini saat pasar sedang lesu, ayah saya, I Nyoman Netep, yang perajin lukisan wayang kaca juga ikut lesu. Ayah sempat menyampaikan rasa khawatirnya pada saya. Dia takut lukisan kaca akan punah, karena makin sedikit yang menggelutinya.

“Penerus saja tidak cukup menjaga kelestarian lukisan kaca ini. Banyak yang memilih pekerjaan lain,ketimbang menjaga warisan dari nenek moyangnya. Ada yang jadi penjual permata, kuli bangunan, jadi tukang cat juga ada,” kata ayah pada saya. Jujur saja, saat ayah mengeluh begitu, saya merasa tersindir.

Menggeluti profesi sebagai pelukis wayang kaca, seperti yang dijalani ayah saya, bukan pekerjaan mudah. Prosesnya yang cukup rumit, menyebabkan harganya relatif mahal. Bukankah kesulitan berbanding lurus dengan harga? Menjualnya dengan harga murah, tentu tak sepadan dengan kesulitannya.

Ini yang membuat pelukis kaca berada dalam posisi terjepit. Bila dibandrol dengan harga tinggi, dianggap jual mahal. Pasang harga murah, kok ya kebangetan. Tidak menghargai karya seni.

Jujur saja, lukisan wayang kaca, sangat layak jadi barang koleksi. Apalagi lukisan wayang kaca sangat khas dari segi ukiran dan bentuk wayang.

Hal semacam itu membuat 20 orang pelukis yang gabung dalam Kelompok Lukis Desa Nagasepaha jadi makin lesu. Apalagi kebanyakan sudah sepuh. Usianya sudah 50 tahun ke atas.

Dalam posisi lesu seperti itu, pelukis berharap mendapat dukungan maupun binaan dari pemerintah. Ini membuat posisi serba dilematis. Pelukis akan diposisikan sebagai perajin. Hasil jerih payahnya dianggap produk kerajinan. Padahal lukisan kaca lebih dari sekadar kerajinan buah tangan, tapi karya seni.

Dulu, sebenarnya sempat ada pelatihan yang dilakukan. Harapannya agar ada generasi muda mau menggeluti lukisan kaca. Pelatihannya hanya sebulan. Seperti pelatihan yang lain, habis pelatihan tidak ada tindak lanjut. Dilepas begitu saja. Ironisnya lagi, ada dugaan, dana pelatihan tak tersalur lancar untuk kegiatan pelatihan. Ini seperti pepatah: sudah jatuh, tertimpa tangga, kejatuhan genteng pula.

Ada pula yang menyarankan agar memasarkan lukisan secara online. Tapi praktiknya tidak semudah itu. Belum ada hak kekayaan intelektual yang melindungi pelukis kaca. Begitu beredar secara online, hasil karya pelukis, sangat rentan dijiplak bahkan diklaim orang lain.

Sejauh ini belum ada tanda – tanda akan kemunculan bibit baru pelukis kaca Desa Nagasepaha. Kini kita tinggal menunggu, apakah lukisan kaca akan terjaga keberadaanya? Apakah akan punah? Jangan-jangan nanti diklaim daerah lain. (T)

Tags: bulelengLukisan KacaSeni Rupa
Komang Yudha

Komang Yudha

Lahir di Buleleng., bercita-cita membangun desa, eh, bukannya jadi kepala desa, malah jadi wartawan

Related Posts

Zelotisme Dunia Pertelevisian Indonesia
Esai

Zelotisme Dunia Pertelevisian Indonesia

Ilham Akbar
by Ilham Akbar
April 19, 2018
Ujian Nasional dan Pertanyaan-pertanyaan yang Tak Terjawab
Esai

Ujian Nasional dan Pertanyaan-pertanyaan yang Tak Terjawab

Putri Puspita
by Putri Puspita
April 18, 2018
Please login to join discussion

MEDIA SOSIAL

  • 2.3k Fans
  • 36 Followers
  • 997 Followers

ADVERTISEMENT

tatkala.co

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
First Part of “PlayPlay: Charcoal For Children 2017/2018” was a Success
Essay

First Part of “PlayPlay: Charcoal For Children 2017/2018” was a Success

ON the first weekend of February 2018 at CushCush Gallery in Denpasar, Bali, CushCush Gallery and LagiLagi presented two plays...

tatkala
by tatkala
February 12, 2018

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Cerita Ini Tanpa Judul dan Judulnya Saya Serahkan Kepada Anda
Cerpen

Cerita Ini Tanpa Judul dan Judulnya Saya Serahkan Kepada Anda

Kim Al Ghozali AM
by Kim Al Ghozali AM
April 18, 2018
Opini

Debat Pilkada Buleleng: Menunggu Konsep SURYA dan PASS Bangun Daya Kreatif Anak Muda

DEBAT tahap pertama pasangan Calon (Paslon) Bupati/Wakil Bupati Buleleng digelar Senin, 30 Januari 2017, di Hotel Melka, Lovina, Singaraja. Debat ...

January 29, 2017
Peristiwa

Denpasar Punya Badan Kreatif, Buleleng dan Tabanan Boleh Iri

KOTA Denpasar kini memiliki Badan Kreatif (Bekraf), sebuah lembaga resmi yang dikukuhkan Walikota IB Rai Dharma Wijaya Mantra, di Pendopo ...

January 11, 2017
Opini

Mahasiswa Masa Kini: Mahasiswa Fasilitas, Mahasiswa Gajian, Mahasiswa Populer

  Mahasiswa, Manusia yang bijaksana, katanya. Tunduk kepada IPK hingga tak berdaya Angannya selangit, tetapi gejala apatis merajalela Kemanakah kelak ...

September 22, 2017
Esai

Cara Asyik Mengajar Sejarah bagi Anak Paud – Imajinatif Tanpa Melenyapkan Fakta

PRAMOEDYA Ananta Toer menyatakan bahwa, Negara yang tidak tahu sejarah adalah negara budak, budak di antara bangsa dan budak bagi ...

March 21, 2017
Esai

Pose Penguasa Bali Tempo Doeloe: “Injak Anak Buah” – Kini Langsung “Sepak Rakyat”?

"PANJEKAN" mungkin asal muasal kata "panjak". Biasanya prekanggo atau wong kuasa duduk didampingi anak buahnya yang dijadikan "injakan kaki" (panjekan). ...

September 9, 2016

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Politik, Kursi DPD, dan Strategi “Bali Rock Alternatif” Lanang Botax
Khas

Politik, Kursi DPD, dan Strategi “Bali Rock Alternatif” Lanang Botax

Made Adnyana Ole
by Made Adnyana Ole
April 19, 2018

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Zelotisme Dunia Pertelevisian Indonesia
Esai

Zelotisme Dunia Pertelevisian Indonesia

Ilham Akbar
by Ilham Akbar
April 19, 2018

POPULER

Jika Film Horor Indonesia Seperti “Bokep” – Bukan Salah Setan!

September 21, 2016
“Saya dan Jokowi di Tengah Sawah” – Cerita Gembira Perbekel Kukuh Made Sugianto

“Saya dan Jokowi di Tengah Sawah” – Cerita Gembira Perbekel Kukuh Made Sugianto

February 23, 2018
tatkala.co

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (16)Cerpen (92)Esai (395)Essay (1)Features (1)Fiksi (3)Khas (83)Kiat (8)Kilas (92)Opini (356)Peristiwa (81)Perjalanan (20)Persona (2)Puisi (58)Ulasan (163)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In