14 December 2019
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Desi Nurani saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

Desi Nurani saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

“Hari Ibu”, “Mulut”, “Tua”: Tiga Perempuan Mematangkan Jiwa Keaktoran dalam Diri

A.A.N. Anggara Surya by A.A.N. Anggara Surya
February 2, 2018
in Ulasan
119
SHARES

DENGAN sangat percaya diri harus diakui Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya memberi sumbangan yang besar dalam membentuk aktor untuk menjadi lebih matang. Aktor muda meningkatkan kepercayaan dirinya untuk belajar, berproses, dan bereksperimen, agar pada pementasan berikutnya ia menjadi lebih jago mengusai tubuh sendiri sekaligus menguasai panggung, baik panggung pementasan maupun panggung kehidupan teater yang lebih luas.

Hal itu bisa dilihat pada hari kedua serangkaian pembukaan Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya yang berlangsung pada hari Kamis 23 Maret 2017 pukul 19.00 di ruang teater  Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha. Malam itu ditampilkan tiga pementasan dengan aktor/aktris yang semuanya perempuan. Ketiga-tiganya masih bisa disebut muda secara usia maupun pengalaman pentas.

Hari kedua Festival Monolog Putu Wijaya itu dimulai dengan orasi budaya oleh Hardiman Adiwinata. Setelah itu dilanjutkan dengan monolog “Hari Ibu” oleh Teater Kampus Seribu Jendela. Pementasan monolog kedua oleh Komunitas Mahima yang mementaskan “Mulut”. Pementasan terakhir oleh Teater Arik Sariadi yang memainkan naskah “Tua”.

Pembukaan diawali dengan orasi budaya oleh Hardiman Adiwinata tentang “Seni, Ambiguitas dan Manusia”. Secara garis besar, Hardiman mengatakan bahwa teoritikus dan kritikus yang membaca karya seni pada hari ini banyak mengabaikan ‘apa yang tampak,’ semacam persoalan bentuk, wacana, tubuh, teks.

Para teoritikus dan kritikus lebih tertarik kepada isi, muatan, atau konteks atau ‘apa yang disampaikan’. Pembacaan yang tenang dengan tata cahaya yang agak redup, Hardiman menyampaikan orasi selama sekitar 13 menit. Selama itu pula, penonton tetap duduk santai dan sesekali mengabadikan orator yang pada saat itu berada di pojok kiri ruang teater.

Hari Ibu

Dilanjutkan pementasan Teater Kampus Seribu Jendela dengan aktor Yusna Safitri dan disutradarai langsung oleh Hardiman Adiwinata. Pementasan dengan judul Hari Ibu itu dimulai dengan tembakan LCD ke arah kain putih yang menampilkan lukisan perempuan. Tentu saja, sebagian kecil sinar LCD menembus kain putih sehingga membuat langit-langit ruang teater ikut terkena cahaya, namun hal itu justru menambah keindahan artistik pementasan ini.

Yusna Safitri mementaskan lakon Hari Ibu karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

Suara nyanyian serta percikan air ditampilkan secara live di sisi kiri ruang teater. Lalu siluet aktor yang muncul di tengah-tengahnya. Impresi awal yang luar biasa. Yusna semacam memberi keteduhan satir seorang ibu. Tidak ada emosi yang meledak-ledak dan terkesan bermain tegang namun santai. Hal menarik dari pementasan ini adalah repetisi dari salah satu adegan yang cukup membuat penonton kebingungan.

Sehingga tepuk tangan penonton terjadi lebih dari tiga kali. Satu hal yang disayangkan adalah tehnik muncul aktor. Pada dasarnya, jika kostum dan make up sudah dikenakan maka disitulah aktor harus sudah menanggalkan identitas dirinya dan mulai mengenakan identitas panggung.

Sedangkan pada pementasan ini, aktor muncul seolah-olah belum berakting atau barangkali memang sengaja dibuat demikian. Selain hal itu, pementasan ini luar biasa.

Mulut

Berlanjut ke pementasan kedua oleh Komunitas Mahima dengan aktor Desi Nurani dan Sutradara Kadek Sonia Piscayanti. Pementasan berjudul Mulut ini lebih minimalis dan memfokuskan pada kekuatan aktor. Bisa dikatakan minimalis karena tata suara hampir tidak ada dan artistik di panggung hanya sebuah kursi, sebuah meja dan satu kotak kecil make up.

Desi Nurani bermain total saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya. /Foto: Mursal Buyung

Panggung dibuat lebih sempit dengan tata cahaya yang hanya berfokus pada bagian kanan panggung. Memang, keaktoran Desi Nurani layak diacungi jempol. Mulai dari pengaturan tempo sampai stamina mampu dijaga dengan sangat baik dan yang terpenting, pesan dari naskah ‘Mulut’ sampai ke telinga penonton.

Terlepas dari sedikit adegan di mana Desi hampir terperosot akibat lantai yang agak licin dan kursi yang salah satunya kakinya patah akibat dihentakkan terlalu keras, pementasan ini tidak kalah menarik.

Tua

Pementasan terakhir, naskah ‘Tua’ oleh Teater Arik Sariadi yang dimainkan dan disutradarai oleh Arik Sariadi. Tidak jauh berbeda dengan pementasa sebelumnya, pementasan ini juga mengambil tempat yang sama dengan setting lampu yang lebih general. Tata suara pementasan ini hanya biola dan gitar yang dimainkan secara live di belakang layar.

Arik Sariadi memainkan lakon Tua karya Putu Wijaya. /Foto: Mursal Buyung

Memanfaatkan kursi patah yang digunakan saat pementasan tadi dan kain berwarna biru, Arik Sariadi memainkan naskah Tua dengan sangat ciamik. Permainan tempo Arik Sariadi sangat rapat sehingga hampir tidak ada jeda bagi penonton untuk sekedar menghembuskan nafas lega. Suasana agak mencekam dari awal sampai akhir ditambah tata suara yang demikian pas, membuat penonton tidak bisa memalingkan mata dari panggung.

Pada hari kedua ini, fokus pementasan memang lebih banyak ke aktor. Terlepas dari perbedaan naskah, ketiga aktor bisa dibilang bermain dengan porsi yang cukup. Tentu keaktoran untuk setiap naskah berbeda-beda. Sehingga agak tidak mungkin mengatakan pementasan A lebih baik dari pementasan B. begitu pula sebaliknya.

Sehingga barangkali apa yang paling penting dari sebuah pementasan bukanlah hari H saat pementasan. Melainkan proses menuju pementasan. Perlu diingat bahwa proses tidak akan menghianati hasil. Maka jalanilah proses dengan sungguh-sungguh. Salam budaya dan selamat menyaksikan monolog selama tahun 2017. (T)

Singaraja, 2017

Tags: baliFestival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologPutu Wijayaseni pertunjukanTeaterUndiksha
A.A.N. Anggara Surya

A.A.N. Anggara Surya

Pemain teater, menulis puisi dan cerpen. Tulisannya berupa ulasan pementasan teater sering dimuat di media massa. Kini sedang menempuh pendidikan di jurusan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja.

Please login to join discussion

MEDIA SOSIAL

  • 3k Fans
  • 41 Followers
  • 1.4k Followers

ADVERTISEMENT

tatkala.co

tatkala.co

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
One of the works of the Undiksha Fine Arts Student Exhibition May 7, 2018 (Picture by Mursal Buyung)
Poetry

Poems by Devy Gita : Out of Nowhere, A Second Then Good Bye

OUT OF NOWHERE Out of nowhere No one to be known Nothing to be shown Guilt to be blown Out...

by Devy Gita
September 8, 2019

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lukisan Komang Astiari
Cerpen

Senjakala

by Satria Aditya
December 7, 2019
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Opini

Bapak – Pusat Segala, Tahu Segala?

KAWAN saya, seorang aktivis perempuan, mengeluhkan berita-berita di media massa yang menurut dia menyudutkan perempuan. Pemberitaan kasus pemerkosaan dan penangkapan ...

February 2, 2018
Nyoman Wirata, Perahu Bulan, 2011, 25x30cm, kanvas, akrelik
Cerpen

Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci

Cerpen: Made Adnyana Ole TUBUH mungil gadis itu ditusuk pedang cahaya ketika sinar purnama menerobos di sela ranting gaharu. Cahaya ...

February 2, 2018
Google
Opini

Mengingat Anies Baswedan di Tengah Pesta Kesenian Bali

MUNGKIN tidak banyak yang ingat, atau tak banyak yang peduli, atau tak banyak yang ingin mengingat dan ingin peduli, bahwa ...

February 2, 2018
Esai

“Bayanganku Lebih Baik” – Jadilah Bayangan Diri, Bukan Orang Lain

“Aku tak butuh teman yang berubah saat aku berubah dan mengangguk saat aku mengangguk. Bayanganku bisa melakukannya dengan lebih baik” ...

October 10, 2019
Esai

Hari Raya Galungan dan Kesehatan Kita

Judul tulisan ini memang rada aneh dan lucu. Lazimnya kesehatan itu dikaitkan dengan kebiasaan merokok, olah raga, ras atau lingkungan. ...

July 21, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Kunjungan siswa sekolah dasar ke ART BALI [Foto: Art Bali]
Kilas

Masih Berlangsung, Pameran Seni Rupa Kontemporer ART • BALI 2019 – “Speculative Memories”

by tatkala
December 6, 2019

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Foto ilustrasi: Mursal Buyung
Esai

Sisa Hujan Semalam

by Ni Luh Meisa Wulandari
December 12, 2019

POPULER

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Semester 7, Masa Tua Mahasiswa, Masa-masa Menakutkan…

February 2, 2018
Danjen Kopassus Mayjen TNI Nyoman Cantiasa dan bapaknya Sastrawan Nengah Tinggen (Foto:Ist)

Cantiasa jadi Danjen Kopassus – Mari Ingat Bapaknya; Sastrawan Nengah Tinggen

January 27, 2019
tatkala.co

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (51) Cerpen (116) Esai (832) Essay (3) Features (3) Fiction (2) Fiksi (2) Khas (229) Kiat (16) Kilas (130) Opini (412) Peristiwa (81) Perjalanan (34) Persona (6) Poetry (2) Puisi (74) Ulasan (258)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In