tatkala.co
20 April 2018
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Peristiwa

Foto: Edo

“Melawan” Joged Porno di Media Sosial

Edo Hary Purnawan by Edo Hary Purnawan
June 30, 2016
in Peristiwa

Saya salah satu penikmat tari. Saya lahir dari darah seorang ibu, yang dikala mudanya pernah menjadi Penari Zapin Melayu, di salah satu sanggar yang boleh dikata cukup tua di Pontianak. Sanggar Mendu namanya. Memang setelah menikah, ibu dilarang ayah menari di panggung. Alasannya karena sudah berkeluarga cukup mengurus suami dan anak saja. Karena itu saya tak pernah melihat ibu menari, layaknya penari zapin melayu, yang berpakaian tradisional melayu. Tapi mungkin karena darah, saya selalu terkesima melihat orang menari. Ibu juga masih tetap senang menari, walau hanya sebatas di acara pernikahan yang terkadang mengundang hadrah dan Sanggar Zapin Melayu.

Ketika bertugas menjadi video jurnalis di Bali, ada satu jenis tari di Bali yang selalu mengganggu pikiran. Bukan karena unik, tapi karena kontroversian dan dinilai vulgar. Yakni joged bumbung. Jika ketik kata “joged bumbung” pada kolom search di youtube, judul-judul seronok dan tak senonoh akan muncul. Misalnya; Joged Bumbung Paling Mesum dan Binal, Joged Bumbung Bali Hot, dan sejenisnya.

Sebagaimana tampak di media sosial itu, joged bumbung terbayang seperti penari striptis di bar-bar atau klub-klub malam. Bedanya di sana ada lampu remang-remang dan musik dengan tempo yang tinggi, dan terkadang ada tiang besinya. Tapi ini, yang ada hanya penari dengan baju tradisional yang kerap digrayangi pengibingnya. Pengibing biasanya berada di dekat panggung, sehingga penari dengan mudahnya memberi isyarat memanggil untuk menari bersama, mengikuti irama musik gamelan Bali tradisional.

Saya pikir joged bumbung memang begitu. Tapi saya salah.

Sebagai video jurnalis saya ditugaskan meliput agenda Pesta Kesenian Bali (PKB) di Art Center, Denpasar. Saat melihat jadwal pementasan, perhatian saya tertuju kepada pementasan joged bumbung. Joged bumbung di ajang PKB itu ternyata berbeda dengan yang selama ini saya lihat di media sosial. Jika yang laris manis di media sosial terkenal karena erotis, joged bumbung yang dipentaskan di PKB justru diserbu penonton karena penarinya cantik, tariannya lincah dan sesuai pakem joged bumbung. Memang terdapat gerakan goyang pingggul, namun gerakannya lebih mengesankan keindahan ketimbang erotis.

Tahun 2015 lalu pertama kali saya melihat joged bumbung secara nyata di PKB. Joged itu dibawakan Sekaa Suara Mekar, Banjar Antap, Panjer Denpasar. Dari sekaa itu saya mendapat penjelasan yang adem. “Asal mula joged bumbung ini sebenarnya adalah dari para petani yang saat itu sedang melepas lelah, mereka lalu memainkan rindik, lalu ada yang menari. Inilah yang berkembang menjadi joged bumbung. Namun seiring perkembangan zaman terjadilah pergeseran dari segi gerakan. Jika menggoyangkan pinggul alias ngegol, hanya dilakukan ke kiri dan ke kanan, kini malah maju ke depan dan ke belakang. Nah inilah yang sangat kami sayangkan”, ujar Koordinator Tim Kesenian Joged Bumbung Banjar Antap, Putu Juniarta, seusai pentas di PKB-37 tahun 2015.

Menurut saya joged bumbung yang tersaji di PKB ini jauh lebih berharga. Mereka yang tak ingin laris manis, namun santun dalam menari. Memang dalam setiap pentas joged bumbung, penari dengan paras cantik senantiasa mengundang penonton pria maupun wanita untuk diajak menari bersama, inilah yang diistilahkan dengan mengibing. Tak dapat ditampik, kadang kala pengibing melakukan gerakan nakal menggoda penari. Namun di sinilah keprofesionalan penari diuji, ia harus pintar mengatasi pengibing nakal, menjaga suasana tetap santun, tanpa menghilangkan unsur menghibur.

“Kan banyak penari joged bumbung isi unsur pornonya. Tiang (saya) ingin memberi contoh kepada seluruh pecinta seni, bahwa citra joged bumbung itu tidak seperti yang mereka kira,” tegas sang penari joged bumbung, Ni Luh Merianti.

Tentu saja, karena jogged bumbung adalah tarian bersifat partisipatif, yang mana selalu ada adegan mengajak penonton menari bersama. Tak jauh beda dengan Zapin Melayu, Jaipong Jawa Barat, Cokek Betawi. Dalam tari pergaulan itu, unsur hiburanlah yang ditekankan, bukan unsur erotis yang mengarah ke pornoaksi.

–

TAHUN 2016, saya kembali meliput PKB yang digelar untuk ke-38 kalinya ini. Di tanggal 25 Juni 2016, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendadak menyaksikan kesenian joged bumbung. Saya pun penasaran, apa yang akan diungkapkan Gubernur kalau saya menanyai tanggapannya tentang joged bumbung porno yang semakin marak tersebar di media sosial. Saat itu Gubernur dan tamunya dari Dewan Universitas Tsinghua Tiongkok, Chen Xu mampir sejenak melihat pementasan joged bumbung setelah membahas kerjasama di bidang pendidikan.

Kala itu joged bumbung dipentaskan oleh Sanggar Seni Kebo Iwa, Desa Sempidi, Kabupaten Badung. Pastika terlihat memberikan banyak penjelasan soal kesenian joged kepada tamunya. Setelah mereka beranjak, saya menghampiri dan menanyakan penampilan Joged yang tersaji.

“Sekarang sudah mulai bagus, sudah mulai mengerti etika. Saya kira mereka tidak usah terlalu mengikuti selera orang yang tidak bertanggungjawab. Kita harus menjaga joged bumbung supaya bisa jadi tari pergaulan yang baik,” kata Pastika. Saya langsung saja ke intinya, untuk menyinggung soal tayangan-tayangan joged porno yang menyebar secara viral di youtube serta media sosial lain. Tapi Pastika, memilih enggan menanggapinya. “Yang di youtube, mudah-mudahan nggak ada yang nonton,” tandasnya.

Tapi nyatanya video joged bumbung porno di media sosial itu sudah demikian banyak pengunjungnya. Dari seorang teman saya ketahui bahwa sebagian besar orang Bali merasa malu dengan unggahan joged bumbung erotis itu di media sosial. Banyak yang mengutuk, banyak yang meradang. Bahkan belakangan ada yang mengusulkan agar pemerintah di Bali atau pihak berwenang lain mengirim pesan ke youtube agar menghapus video joged bumbung yang bikin malu itu. Namun tentu saja hal itu tidak bisa dilakukan secara mudah. Banyak syarat yang mesti dilewati.

Bagi saya, cara melawan joged porno di media sosial adalah dengan ikut mengunggah lebih banyak video joged bumbung dengan pakem yang benar. Kita ikut mengunggah lebih banyak joged dengan penari yang cantik yang sangat trampil menari. Kita ikut mengunggah lebih banyak adegan-adegan interaktif antara penari joged dan pengibing. Misalnya adegan naik kuda atau adegan marah-marahan antara penari joged dan pengibing yang atraktif dan jenaka. Dan itu banyak dipertunjukkan dalam Pesta Kesenian Bali.

Dengan begitu, jika nanti ada yang mengklik joged bumbung di kolom search, yang keluar tentu banyak juga joged indah ketimbang joged bumbung erotis. Dunia akan melihat bahwa joged bumbung yang sebenarnya itu jauh lebih indah dari sekadar penari yang menggoyangkan pinggul muka-belakang. (T)

Tags: joged bumbungmedia sosialPesta Kesenian BaliSeni
Edo Hary Purnawan

Edo Hary Purnawan

Lahir di Pontianak, sempat merantau ke Jakarta, Surabaya, Bali, dan kini terdampar kembali di Jakarta. Menjadi video jurnalis di sebuah stasiun TV nasional sembari giat belajar menulis

Related Posts

In Memoriam Agus Sadikin Bakti: Santailah ke Nirwana, Ingat “Menang Kalah Sehat”
Peristiwa

In Memoriam Agus Sadikin Bakti: Santailah ke Nirwana, Ingat “Menang Kalah Sehat”

Made Adnyana Ole
by Made Adnyana Ole
February 2, 2018
Peristiwa

Komunitas Jalan Air, Musik-Puisi, dan Revolusi Energi di SMPN 2 Denpasar

tatkala
by tatkala
January 3, 2018
Please login to join discussion

MEDIA SOSIAL

  • 2.3k Fans
  • 36 Followers
  • 997 Followers

ADVERTISEMENT

tatkala.co

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
First Part of “PlayPlay: Charcoal For Children 2017/2018” was a Success
Essay

First Part of “PlayPlay: Charcoal For Children 2017/2018” was a Success

ON the first weekend of February 2018 at CushCush Gallery in Denpasar, Bali, CushCush Gallery and LagiLagi presented two plays...

tatkala
by tatkala
February 12, 2018

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Cerita Ini Tanpa Judul dan Judulnya Saya Serahkan Kepada Anda
Cerpen

Cerita Ini Tanpa Judul dan Judulnya Saya Serahkan Kepada Anda

Kim Al Ghozali AM
by Kim Al Ghozali AM
April 18, 2018
Festival Makan Duren 2018 dan Sejumlah Catatan Penting
Ulasan

Festival Makan Duren 2018 dan Sejumlah Catatan Penting

FESTIVAL Makan Duren 2018, sudah tuntas beberapa pekan lalu. Festival yang menarik untuk dinikmati dan dicermati. Menarik dinikmati, karena ini ...

March 15, 2018
Opini

Kecanggihan Smartphone dan Betapa Irasionalnya Kita

  SALAH satu agenda utama saya setelah meninggalkan Singaraja dan pulang ke Tuban adalah sowan (ziarah) ke makam-makam para Syekh ...

January 20, 2018
Esai

Membicarakan Made Sugianto dan Sastra Bali Modern di Hari Saraswati

DI Hari Saraswati ini, entah kenapa, saya ingin membicarakan sosok teman saya sendiri, Made Sugianto. Meski dikenal sebagai pengelola penerbitan ...

January 20, 2017
Cerpen

Peri Kecilmu Pergi, Ibu

  Cerpen: Ni Putu Purnamiati “Ibu, pernah sesekali aku membuat bulir-bulir air matamu jatuh karena aku tak bisa membungkam mulutku ...

December 21, 2017
Opini

Hari Ini, Apakah Agama itu Mitos?

“Dosa merupakan fantasi manusia, sedangkan kejatan merupakan wahyu Tuhan”- Clarkson AGAMA apapun hadir ke dunia ini memiliki tujuan mulia, di ...

July 13, 2017

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Politik, Kursi DPD, dan Strategi “Bali Rock Alternatif” Lanang Botax
Khas

Politik, Kursi DPD, dan Strategi “Bali Rock Alternatif” Lanang Botax

Made Adnyana Ole
by Made Adnyana Ole
April 19, 2018

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Zelotisme Dunia Pertelevisian Indonesia
Esai

Zelotisme Dunia Pertelevisian Indonesia

Ilham Akbar
by Ilham Akbar
April 19, 2018

POPULER

Jika Film Horor Indonesia Seperti “Bokep” – Bukan Salah Setan!

September 21, 2016
“Saya dan Jokowi di Tengah Sawah” – Cerita Gembira Perbekel Kukuh Made Sugianto

“Saya dan Jokowi di Tengah Sawah” – Cerita Gembira Perbekel Kukuh Made Sugianto

February 23, 2018
tatkala.co

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (16)Cerpen (92)Esai (395)Essay (1)Features (1)Fiksi (3)Khas (83)Kiat (8)Kilas (92)Opini (356)Peristiwa (81)Perjalanan (20)Persona (2)Puisi (58)Ulasan (163)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In